Di antara geliat aktivitas jalan lintas selatan Jawa Timur, terdapat satu nama yang menyimpan lebih dari sekadar keindahan lanskap perbukitan dan aroma kabut pagi. Alas Gumitir, yang membentang di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Jember, bukan sekadar jalur transportasi. Ia adalah penjaga bisu dari kisah kolonial, trauma sejarah, hingga mitos-mitos yang menyeberang dari generasi ke generasi.
1. Letak dan Karakteristik Geografis
Alas Gumitir terletak di jalur utama yang menghubungkan Banyuwangi dan Jember melalui Kecamatan Kalibaru (Banyuwangi) dan Kecamatan Silo (Jember). Dengan ketinggian mencapai lebih dari 500 meter di atas permukaan laut, kawasan ini dikelilingi hutan tropis yang masih cukup lebat. Jalannya berkelok-kelok, dengan tanjakan dan turunan curam, serta minim penerangan di malam hari.
Kabut kerap turun mendadak, menciptakan suasana misterius yang sangat khas. Bagi sebagian orang, kabut ini hanyalah gejala cuaca biasa. Namun bagi mereka yang percaya pada alam gaib, kabut adalah “tirai” yang memisahkan dunia manusia dan dunia lain.
2. Latar Sejarah: Jejak Kolonialisme dan Romusha
Tak jauh dari jalan raya, berdiri peninggalan penting dari masa kolonial: Terowongan Mrawan, sebuah jalur kereta api tua yang dibangun Belanda untuk kepentingan perkebunan. Terowongan sepanjang ±690 meter ini masih aktif dilewati kereta api sampai sekarang.
Pembangunan infrastruktur ini tak lepas dari kisah kelam masa lalu. Ribuan romusha – pekerja paksa yang direkrut secara brutal oleh pemerintah kolonial dan Jepang – dikerahkan di kawasan ini. Banyak dari mereka yang meninggal akibat kelaparan, penyakit, atau penganiayaan. Konon, mayat-mayat para romusha dimakamkan massal di sekitar hutan, bahkan disebut-sebut “disegel” dalam dinding terowongan. Kisah inilah yang menjadi benih dari berbagai cerita gaib di sekitar Gumitir.
baca juga : Kisah Penumpang Bus Minta Turun di Kuburan
3. Aura Mistis: Di Antara Cerita dan Kepercayaan
Tidak berlebihan jika Alas Gumitir disebut sebagai “gerbang dunia lain” oleh masyarakat sekitar. Beberapa kisah mistis yang paling sering diceritakan:
a. Penumpang Gaib
Beberapa sopir bus malam mengaku pernah mengangkut penumpang dari tengah hutan yang tiba-tiba muncul di jalur sepi. Penumpang itu naik, duduk diam, lalu menghilang begitu saja sebelum bus mencapai Jember atau Kalibaru.
b. Wanita Bergaun Putih
Sosok ini sering dikaitkan dengan arwah korban kekerasan masa lalu. Banyak pengendara mengaku melihatnya berdiri di tikungan tajam, melambai seperti ingin menumpang. Namun setelah berhenti, ia lenyap seperti kabut.
c. Gangguan Bunyi Gaib
Sopir-sopir truk dan angkutan barang sering melaporkan suara-suara aneh dari dalam kabin, seperti suara tawa anak kecil, atau ketukan di bodi kendaraan saat melintas di tengah malam.
d. Makhluk Halus Penunggu Hutan
Masyarakat lokal percaya ada makhluk-makhluk halus penghuni tetap Alas Gumitir — dari siluman hingga jin yang menjaga tempat keramat. Pengunjung disarankan menjaga ucapan dan perilaku selama melintas.
4. Dimensi Budaya: Antara Hormat dan Ketakutan
Bagi masyarakat sekitar, Alas Gumitir bukan hanya tempat lewat. Ia adalah ruang sakral yang dijaga dengan penuh takzim. Banyak sopir dan pengendara yang masih menjalankan ritual kecil seperti membunyikan klakson tiga kali, mengucap salam, atau menabur rokok dan bunga saat memasuki kawasan tertentu.
Cerita-cerita yang hidup di tengah masyarakat bukan sekadar dongeng horor, melainkan bagian dari narasi kolektif yang menyatukan identitas masyarakat pedalaman Jawa Timur. Mistisisme di Alas Gumitir menjadi bentuk ekspresi budaya dan sejarah yang tak bisa diabaikan.
5. Potensi Wisata dan Tantangannya
Meski dikenal angker, kawasan ini menyimpan potensi wisata yang besar jika dikelola dengan serius. Beberapa yang bisa dikembangkan:
-
Wisata sejarah dan heritage di Terowongan Mrawan dan bekas Pabrik Kopi Gumitir.
-
Wisata petualangan: tracking di hutan dan kawasan perbukitan.
-
Wisata mistis: tur malam dengan narasi lokal tentang kisah-kisah gaib.
-
Agrowisata kopi: mengenal perkebunan dan proses produksi kopi dari masa ke masa.
Namun, semua potensi ini terkendala minimnya infrastruktur pendukung, akses yang masih terbatas, serta stigma angker yang membuat wisatawan umum enggan singgah terlalu lama.
6. Alas Gumitir dalam Budaya Populer
Alas Gumitir telah menjadi inspirasi banyak karya lokal seperti film pendek, konten YouTube misteri, podcast horor, bahkan dijadikan latar dalam novel dan cerita rakyat. Kehadiran internet dan budaya digital memperkuat narasi gaib kawasan ini sebagai bagian dari “peta mistis Indonesia” bersama Alas Purwo, Gunung Merapi, dan Pelabuhan Ratu.
Penutup: Lebih dari Sekadar Hutan
Alas Gumitir adalah ruang yang hidup. Ia bukan hanya kawasan hutan di perbatasan Banyuwangi–Jember, tapi juga tempat di mana sejarah, alam, dan kepercayaan saling berkelindan. Setiap tikungan di jalan berliku ini menyimpan cerita. Entah itu tentang kerja paksa masa kolonial, kabut yang menyelimuti, atau suara-suara dari balik semak-semak.
Bagi yang melewati, ia mungkin hanya satu lintasan. Tapi bagi yang mendengarkan, Gumitir adalah bisikan masa lalu yang belum sepenuhnya selesai.