Di tengah derasnya arus transformasi transportasi darat di Indonesia, PO Bus Kencana muncul sebagai pemain muda dengan pertumbuhan agresif dan inovasi berani. Berdiri pada 2018, perusahaan otobus yang berbasis di Jepara, Jawa Tengah ini berhasil mendobrak dominasi perusahaan bus lawas dengan pendekatan premium service, branding elegan, dan teknologi operasional modern.
Nama ‘Kencana’ diambil dari sebuah hotel yang berada di Kota Jepara yang pada akhirnya juga mengembangkan usahanya dan membuka bisnis travel dan barulah di 2013 berdiri PO Kencana.
Dari Hotel Kencana, munculah bendera bisnis baru PO Kencana di bawah kepemimpinan Toni Setiawan, bukan hanya hadir sebagai sarana transportasi, tetapi menjelma menjadi simbol gaya hidup baru dalam perjalanan darat.
1. Sejarah dan Akar Bisnis
PO Bus Kencana bermula dari unit usaha transportasi pariwisata yang berfokus pada penyewaan bus untuk keperluan rekreasi, ziarah, dan event korporat. Toni Setiawan, yang memiliki latar belakang sebagai pengusaha muda, melihat adanya celah di pasar transportasi darat kelas menengah atas. Di saat banyak PO fokus pada volume penumpang dan tarif murah, Kencana hadir dengan diferensiasi: “kelas bisnis di jalan raya.”
Pada 2020, Kencana mulai memperluas layanan ke sektor AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) dan langsung mendapat respons positif. Pendekatan mereka bukan bersaing di harga, melainkan membangun persepsi kualitas: kenyamanan setara pesawat, keramahan kru, serta visual armada bus yang eksklusif.
2. Model Bisnis: Premium, Efisien, dan Tersegmentasi
Strategi PO Kencana dibangun dengan tiga pilar utama:
a. Diferensiasi Layanan
Kencana tidak bermain di jalur tarif rendah. Sebaliknya, mereka menyasar penumpang yang bersedia membayar lebih untuk kenyamanan maksimal. Fasilitas seperti kursi sleeper, USB port, layar hiburan, dan layanan snack gratis menjadi standar.
b. Operasional Terukur dan Terpusat
Armada bus dikontrol langsung dari kantor pusat di Jepara, dengan pengelolaan jadwal yang terintegrasi. Maintenance rutin dan rotasi armada juga dijalankan secara ketat agar tidak terjadi penurunan kualitas layanan.
c. Segmentasi Pasar yang Jelas
PO Kencana menargetkan tiga kelompok utama:
-
Komuter kelas menengah atas
-
Wisatawan domestik dan peziarah
-
Perusahaan/instansi pemerintah yang menyewa bus untuk event
3. Desain Armada Bus: Estetika dan Fungsionalitas
Armada PO Kencana dikenal luas karena desain mewah dan pilihan bodi dari karoseri papan atas:
-
Interior sleeper bus dengan konfigurasi rebahan full 180 derajat
Keunggulan visual ini diperkuat dengan branding warna putih dan emas, lambang burung emas, dan pola geometris yang memberi kesan klasik-modern. Tak hanya estetika, armada Kencana juga dilengkapi dengan:
-
Suspensi udara (air suspension) untuk kenyamanan maksimal
-
CCTV dan GPS tracking
-
Charging port dan sistem entertainment individual
4. Rute Strategis dan Ekspansi Bertahap
Alih-alih membuka banyak trayek sekaligus, Kencana mengadopsi strategi ekspansi bertahap dan terukur. Beberapa rute unggulan saat ini antara lain:
-
Jepara – Jakarta PP
-
Kudus – Tangerang
-
Solo – Bogor
-
Jepara – Bandung
-
Jogja – Jakarta
Dengan rute-rute ini, Kencana menyasar jalur-jalur urban–semi urban yang masih kurang dilayani PO besar dengan standar premium. Strategi ini juga menghindari perang tarif yang umum terjadi di rute padat.
5. Branding dan Digitalisasi
Salah satu kekuatan PO Kencana adalah bagaimana mereka membangun merek secara sadar dan konsisten. Tidak seperti banyak PO lain yang mengandalkan marketing konvensional, Kencana sangat aktif di media sosial, khususnya:
-
Instagram (@p.o.kencana)
-
TikTok (konten interior bus, review pelanggan, behind-the-scenes)
-
YouTube (dokumentasi perjalanan, testimoni)
Branding ini dibarengi dengan layanan digital yang kuat: pelanggan bisa memesan tiket melalui platform seperti RedBus, Traveloka, hingga agen-agen digital lokal. Toni Setiawan juga sedang merancang aplikasi pemesanan mandiri, mirip dengan model tiket kereta dan pesawat.
6. Pengelolaan SDM dan Budaya Pelayanan
Kunci sukses PO Kencana bukan tidak hanya armada bus, tetapi juga pada budaya pelayanan yang ditekankan kepada semua kru. Pelatihan khusus diberikan kepada sopir, pramugara/pramugari bus, dan staf tiket untuk mengedepankan:
-
Kesopanan dan profesionalisme
-
Ketepatan waktu
-
Penanganan komplain cepat dan efisien
Banyak penumpang menyebut kru PO Kencana sebagai “ramah dan peka kebutuhan penumpang”, sebuah nilai yang jarang dijumpai dalam transportasi di Indonesia.
7. Tantangan dan Peluang di Industri
Meski tumbuh cepat, PO Kencana menghadapi beberapa tantangan krusial:
-
Fluktuasi harga BBM dan suku cadang
-
Ketatnya regulasi trayek AKAP dari Dishub
-
Kompetisi dari PO lama dengan tarif rendah
Namun di sisi lain, peluang juga terbuka luas:
-
Tren “premium travel” pascapandemi meningkat tajam
-
Banyak kalangan muda dan keluarga kelas menengah atas yang mulai berpindah ke bus eksekutif karena harga pesawat melonjak
-
Digitalisasi dan pembayaran cashless membuka potensi efisiensi lebih lanjut
8. Visi ke Depan PO Bus Kencana
Dalam wawancara terakhir yang beredar, Toni Setiawan menyatakan bahwa PO Kencana tidak akan berhenti di AKAP dan pariwisata. Ia tengah menjajaki:
-
Layanan shuttle antar kota dalam provinsi
-
Investasi di terminal terpadu milik sendiri
-
Kolaborasi dengan platform pemesanan digital nasional
Visinya adalah membangun ekosistem transportasi yang mengutamakan kenyamanan, keamanan, dan kecepatan—tanpa mengorbankan estetika dan pelayanan.
Baca juga : PO Bus Kramat Djati
Penutup
PO Bus Kencana adalah representasi bagaimana transportasi darat di Indonesia bisa naik kelas jika dikelola dengan visi jangka panjang, inovasi terus-menerus, dan kepedulian terhadap pengalaman pelanggan. Dalam waktu relatif singkat, PO ini berhasil menciptakan standar baru—dan membuka mata bahwa kenyamanan bukan hanya milik udara dan rel, tapi juga aspal