Indonesia telah mengalami sejumlah kecelakaan bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yang tragis, menelan banyak korban jiwa. Berikut adalah beberapa kecelakaan bus AKAP terbesar dalam sejarah Indonesia:
1. Tragedi Bus di Jawa Timur (2003)
Tragedi Paiton 2003 merupakan salah satu kecelakaan transportasi paling mematikan di Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada 8 Oktober 2003 di kawasan Paiton, Banyuglugur, Situbondo, Jawa Timur. Kecelakaan tersebut melibatkan sebuah bus pariwisata yang mengangkut siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Yapemda 1 Sleman, Yogyakarta, yang baru saja kembali dari kunjungan studi ke Bali.
Kronologi Kejadian
Pada malam naas tersebut, bus kedua dari rombongan melintasi Jalan Raya Surabaya-Banyuwangi. Di sebuah tanjakan dan tikungan tajam dekat kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton, sebuah truk kontainer tiba-tiba kehilangan kendali dan memasuki jalur berlawanan, menabrak bagian depan bus dengan keras. Tak lama kemudian, sebuah truk tronton dari arah belakang menabrak bus tersebut, menyebabkan kerusakan parah dan kebakaran hebat. Akibatnya, pintu keluar bus terjepit, membuat penumpang terjebak di dalam kendaraan yang terbakar. Sebanyak 54 siswa, dua guru, dan satu pemandu wisata tewas dalam insiden ini. Sementara itu, sopir bus dan asistennya mengalami luka serius.
Penyebab Kecelakaan
Penyelidikan awal mengindikasikan bahwa truk kontainer mengalami kegagalan rem saat menuruni tanjakan, sehingga sopir kehilangan kendali dan memasuki jalur berlawanan. Selain itu, kondisi jalan yang menurun dan berkelok tajam turut berkontribusi terhadap kecelakaan fatal ini.
Tindakan Pasca-Kecelakaan
Setelah kejadian, sopir truk dan asistennya melarikan diri dari lokasi. Asisten sopir berhasil ditangkap pada malam yang sama, sementara sopir truk ditangkap beberapa hari kemudian. Sopir truk mengakui bahwa asistennya yang tidak memiliki lisensi mengemudi sedang mengendarai truk dengan kecepatan tinggi saat rem mengalami kegagalan.
Tragedi ini menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan dalam transportasi darat, khususnya terkait perawatan kendaraan dan pelatihan pengemudi. Diharapkan, kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang melalui peningkatan standar keselamatan dan kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas.
2. Kecelakaan Bus PO Flores di Solo (1981)
Tragedi kecelakaan bus PO Flores di perlintasan kereta api Purwosari, Solo, pada tahun 1981, merupakan salah satu insiden transportasi paling memilukan dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini tidak hanya menelan banyak korban jiwa, tetapi juga membawa dampak signifikan terhadap operasional perusahaan otobus (PO) terkait dan perkembangan transportasi bus antarkota di Jawa.
Latar Belakang
PO Flores didirikan oleh Fendi Haryanto pada tahun 1971, terinspirasi dari nama tokonya di Mojokerto, Jawa Timur. Perusahaan ini melayani trayek Surabaya–Solo dan dikenal karena armadanya yang cepat, sehingga menjadi pilihan favorit penumpang di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Kronologi Kecelakaan
Pada 7 Mei 1981, rombongan siswa-siswi SMP Katolik Wijana Jombang berangkat dari Jombang sekitar pukul 20.00 WIB menuju Yogyakarta untuk studi wisata. Mereka menggunakan tiga bus PO Flores. Sekitar pukul 01.00 dini hari, iring-iringan bus tiba di perlintasan kereta api tanpa palang pintu di Purwosari, Solo. Petugas jaga lintasan, Kadyo, telah memberikan isyarat dengan lentera merah menandakan adanya kereta api cepat relasi Jakarta–Solo yang akan melintas. Dua bus pertama berhasil melewati perlintasan dengan selamat. Namun, bus ketiga tidak sempat melintas dan tertabrak oleh kereta api, terseret hingga peron Stasiun Purwosari sejauh sekitar 50 meter.
Dampak dan Konsekuensi
Kecelakaan tragis ini mengakibatkan banyak korban jiwa, terutama dari kalangan siswa SMP Wijana Jombang. Sebagai konsekuensi, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) Pusat—sekarang Dinas Perhubungan—memberikan sanksi kepada PO Flores dengan melarang operasional mereka pada rute antarkota antarprovinsi (AKAP). Akibatnya, trayek PO Flores dipangkas menjadi hanya sampai perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, tepatnya di Mantingan, Ngawi.
Transformasi Menjadi PO Eka dan PO Mira
Setelah insiden tersebut, PO Flores mengalami penurunan jumlah penumpang yang signifikan. Untuk memulihkan reputasi dan operasional perusahaan, manajemen memutuskan untuk mendirikan dua perusahaan otobus baru dengan nama PO Eka dan PO Mira, yang diambil dari nama anak-anak Fendi Haryanto. PO Eka melayani rute Surabaya–Solo pada siang hari, sementara PO Mira melayani rute yang sama pada malam hari. Inovasi ini berhasil mengembalikan kepercayaan penumpang dan memperluas jaringan layanan hingga Yogyakarta pada tahun 1990.
Tragedi di perlintasan Purwosari menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya keselamatan transportasi dan kepatuhan terhadap rambu-rambu lalu lintas, khususnya di perlintasan kereta api tanpa palang pintu.
3. Kecelakaan Bus Giri Indah di Puncak Bogor (2013)
Kecelakaan bus Giri Indah di Puncak Bogor pada tahun 2013 merupakan salah satu kecelakaan lalu lintas yang tragis di Indonesia. Berikut adalah detail lebih lanjut mengenai kejadian tersebut:
Kronologi Kecelakaan
Pada 10 Februari 2013, sebuah bus pariwisata dengan nama Giri Indah mengalami kecelakaan di Jalan Raya Puncak, Kilometer 86, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bus yang membawa penumpang ini melaju dari arah Puncak menuju Bogor. Namun, dalam perjalanan, sopir kehilangan kendali atas bus di jalan yang menurun dan menikung tajam. Akibatnya, bus meluncur ke arah bahu jalan, menabrak kendaraan lain, dan akhirnya terjun ke jurang dengan kedalaman sekitar 30 meter.
Korban Jiwa dan Luka
Kecelakaan ini mengakibatkan 20 orang meninggal dunia, sementara puluhan lainnya mengalami luka-luka, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis. Korban terdiri dari penumpang bus, pengendara sepeda motor, serta pengguna jalan lain yang terkena dampak dari kecelakaan tersebut.
Penyebab Kecelakaan
Hasil investigasi menunjukkan beberapa kemungkinan penyebab kecelakaan:
- Rem Blong – Banyak laporan yang menyebutkan bahwa bus mengalami masalah pada sistem pengereman, sehingga sopir tidak dapat mengendalikan laju kendaraan di jalan yang menurun.
- Kondisi Jalan – Jalan Raya Puncak dikenal memiliki tikungan tajam dan kemiringan yang cukup curam, yang sering menjadi faktor penyebab kecelakaan jika kendaraan tidak dalam kondisi prima atau pengemudi kurang berhati-hati.
- Kelalaian Sopir – Ada dugaan bahwa sopir tidak cukup sigap dalam mengantisipasi kondisi jalan dan kendaraan, meskipun belum ada bukti yang menyatakan adanya kelalaian langsung dari pengemudi.
4. Kecelakaan Bus di Tol Cipali (2023)
Pada 28 Juni 2023, sebuah kecelakaan tragis terjadi di Kilometer 82.600 Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), melibatkan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) Handoyo dan sebuah truk pengangkut ayam. Kecelakaan ini mengakibatkan 12 penumpang bus meninggal dunia di tempat, sementara 16 orang lainnya mengalami luka-luka dengan berbagai tingkat keparahan.
Kronologi Kejadian
Kecelakaan terjadi sekitar pukul 02.30 WIB dini hari, saat bus Handoyo yang melaju dari arah Jakarta menuju Jawa Tengah diduga kehilangan kendali dan menabrak bagian belakang truk pengangkut ayam yang berada di lajur lambat. Benturan keras menyebabkan bagian depan bus mengalami kerusakan parah, sehingga beberapa penumpang terjebak di dalam kabin.
Penyebab Kecelakaan
Pihak kepolisian menyatakan ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab kecelakaan ini:
- Kelelahan Pengemudi – Sopir bus diduga mengantuk sehingga tidak dapat mengendalikan kendaraan dengan baik.
- Kurangnya Penerangan Jalan – Beberapa bagian Tol Cipali dikenal memiliki penerangan yang minim, sehingga visibilitas pengemudi berkurang.
- Kecepatan Tinggi – Bus AKAP sering melaju dengan kecepatan tinggi untuk mengejar jadwal, yang meningkatkan risiko kecelakaan.
5. Kecelakaan Bus Zentrum/Madu Kismo di Lasem (2015)
Pada 28 Januari 2015, kecelakaan maut terjadi di Jalan Raya Pantura, tepatnya di ruas Rembang-Lasem, Jawa Tengah. Insiden ini melibatkan bus Madu Kismo Belitung dan sebuah truk trailer bermuatan besi. Kecelakaan ini mengakibatkan tiga penumpang bus tewas seketika setelah besi muatan truk menembus bagian dalam bus.
Kronologi Kejadian
Kecelakaan terjadi pada dini hari sekitar pukul 02.45 WIB, saat bus Madu Kismo Belitung melaju dari arah timur menuju barat. Sementara itu, sebuah truk trailer yang membawa muatan besi melaju dari arah berlawanan.
Menurut keterangan saksi dan pihak kepolisian, bus diduga melaju dengan kecepatan tinggi dan berusaha mendahului kendaraan lain. Namun, saat melakukan manuver tersebut, bus kehilangan kendali dan tidak dapat menghindari tabrakan dengan truk yang datang dari arah berlawanan. Benturan keras membuat muatan besi yang dibawa truk terdorong ke depan dan menembus bagian dalam bus, tepat di sisi kiri yang merupakan tempat duduk penumpang.
Korban dan Kerusakan
Akibat kecelakaan ini:
- 3 penumpang bus meninggal dunia di tempat karena tertusuk besi muatan truk.
- Beberapa penumpang lainnya mengalami luka-luka, baik ringan maupun serius, dan segera dievakuasi ke rumah sakit terdekat.
- Bagian depan dan kiri bus mengalami kerusakan parah, terutama di bagian tempat duduk penumpang yang terkena besi.
- Truk trailer juga mengalami kerusakan signifikan, tetapi sopir truk hanya mengalami luka ringan.
Penyebab Kecelakaan
Berdasarkan hasil penyelidikan awal oleh kepolisian, beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab kecelakaan ini meliputi:
- Kelalaian Sopir Bus – Diduga sopir bus memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi dan berusaha mendahului kendaraan di depannya tanpa memperhitungkan jarak dan kondisi jalan.
- Kurangnya Penerangan Jalan – Seperti banyak ruas jalan di Pantura, pencahayaan di sekitar lokasi kecelakaan cukup minim sehingga jarak pandang terbatas.
- Muatan Truk yang Berbahaya – Muatan besi yang tidak tertata dengan baik dapat meningkatkan risiko fatalitas dalam kecelakaan seperti ini.
6. Kecelakaan Bus Peziarah di Ciloto (2013)
Pada 27 Februari 2013, sebuah kecelakaan tragis terjadi di Kilometer 87 Jalan Raya Puncak-Ciloto, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Sebuah bus yang mengangkut 65 peziarah asal Bogor mengalami kecelakaan fatal setelah menabrak tebing dan terguling. Insiden ini menewaskan 17 orang, sementara 28 penumpang mengalami luka berat, dan 20 lainnya mengalami luka ringan.
Kronologi Kejadian
Bus pariwisata tersebut sedang dalam perjalanan pulang ke Bogor setelah melakukan ziarah ke tempat religi di daerah Cianjur dan sekitarnya. Sekitar pukul 17.30 WIB, ketika bus melintasi turunan dan tikungan tajam di KM 87 Jalan Raya Puncak-Ciloto, sopir diduga kehilangan kendali atas kendaraan.
Bus yang melaju dengan kecepatan tinggi kemudian menabrak tebing di sisi jalan dan terguling. Akibatnya, beberapa penumpang terpental keluar dari bus, sementara yang lain terjebak di dalam kendaraan yang mengalami kerusakan parah.
Penyebab Kecelakaan
Hasil investigasi awal dari kepolisian dan tim teknis mengungkap beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab kecelakaan ini:
- Rem Blong – Sopir bus sempat berteriak bahwa rem tidak berfungsi sebelum kecelakaan terjadi. Ini menjadi indikasi bahwa sistem pengereman bus mengalami kegagalan saat melintas di jalur turunan yang curam.
- Medan Jalan yang Berbahaya – Jalur Puncak-Ciloto dikenal memiliki banyak tikungan tajam, turunan panjang, serta kondisi jalan yang menantang, terutama bagi kendaraan besar seperti bus dan truk.
- Kelebihan Penumpang – Bus yang mengangkut 65 penumpang diduga melebihi kapasitas normal, yang bisa memengaruhi keseimbangan kendaraan saat melaju di jalan menurun.
- Kurangnya Pengalaman Sopir – Beberapa laporan menyebutkan bahwa sopir bus kurang berpengalaman dalam mengemudikan kendaraan besar di jalur pegunungan yang curam seperti Puncak-Ciloto.
Dampak dan Evakuasi Korban
Kecelakaan ini memicu kepanikan di lokasi kejadian. Warga sekitar dan petugas kepolisian segera melakukan upaya penyelamatan. Beberapa langkah yang diambil:
- Evakuasi korban dilakukan oleh tim gabungan dari kepolisian, pemadam kebakaran, dan relawan. Korban yang terjepit di dalam bus berhasil dikeluarkan dengan alat pemotong besi.
- Korban luka-luka dilarikan ke Rumah Sakit Cimacan dan beberapa rumah sakit di Cianjur serta Bogor untuk mendapatkan perawatan medis.
- Lalu lintas di kawasan Puncak-Ciloto sempat mengalami kemacetan panjang akibat proses evakuasi dan olah TKP yang dilakukan pihak kepolisian.
7. Kecelakaan Bus di Tanjakan Cae, Sumedang (2021)
Pada 10 Maret 2021, sebuah bus pariwisata yang membawa rombongan siswa dan guru mengalami kecelakaan tragis di Tanjakan Cae, Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Bus ini terperosok ke dalam jurang sedalam sekitar 20 meter, mengakibatkan 27 orang tewas dan beberapa lainnya mengalami luka-luka.
Kronologi Kejadian
Bus nahas tersebut membawa 66 penumpang, yang terdiri dari siswa, guru, dan orang tua dari SMP IT Al-Muawwanah, Cisalak, Subang. Mereka sedang dalam perjalanan pulang setelah mengikuti ziarah dan wisata religi ke Tasikmalaya.
Sekitar pukul 18.30 WIB, bus melewati Tanjakan Cae yang dikenal sebagai jalur curam dan berkelok. Saat melintasi tikungan menurun, bus tiba-tiba hilang kendali dan akhirnya masuk ke dalam jurang. Benturan keras menyebabkan bagian depan bus hancur dan beberapa penumpang terjebak di dalam kendaraan.
Warga sekitar yang mendengar suara kecelakaan segera bergegas ke lokasi untuk memberikan pertolongan. Tim penyelamat dari kepolisian, Basarnas, dan TNI juga dikerahkan untuk mengevakuasi korban.
Korban dan Evakuasi
Kecelakaan ini mengakibatkan 27 korban meninggal dunia, termasuk:
- Sopir bus, yang diduga tidak dapat mengendalikan kendaraan saat melintasi tanjakan.
- Beberapa guru dan orang tua siswa yang turut serta dalam perjalanan.
- Sejumlah siswa SMP IT Al-Muawwanah, yang sebagian besar duduk di bagian depan dan tengah bus.
Sementara itu, 39 orang lainnya mengalami luka-luka dengan berbagai tingkat keparahan dan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.
Evakuasi korban berlangsung cukup lama karena medan yang sulit dan kondisi bus yang ringsek. Beberapa korban terjepit di dalam kendaraan dan harus dikeluarkan dengan alat pemotong besi.
Penyebab Kecelakaan
Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan pihak kepolisian, beberapa faktor utama yang menyebabkan kecelakaan ini adalah:
Rem Tidak Berfungsi dengan Baik
- Investigasi menunjukkan bahwa sistem pengereman bus mengalami gangguan, sehingga tidak mampu menahan laju kendaraan di turunan curam.
- Diduga rem mengalami overheat akibat penggunaan terus-menerus saat melewati jalur menurun.
Jalan Curam dan Berkelok
- Tanjakan Cae dikenal sebagai jalur yang memiliki turunan tajam serta tikungan berbahaya.
- Banyak kendaraan berat kesulitan melintasi jalur ini, terutama jika tidak memiliki sistem pengereman yang optimal.
Bus Tidak Laik Jalan
- Bus yang digunakan dalam perjalanan ini diketahui berusia cukup tua dan tidak memiliki uji KIR yang masih berlaku.
- Beberapa komponen kendaraan, terutama sistem pengereman, diduga sudah tidak dalam kondisi optimal.
Kurangnya Pengalaman Sopir dalam Melintasi Jalur Ekstrem
- Sopir bus mungkin tidak terbiasa dengan medan tanjakan dan turunan ekstrem seperti di Tanjakan Cae, sehingga kesulitan mengendalikan kendaraan.
8. Kecelakaan Bus Sriwijaya di Pagar Alam (2019)
Pada 23 Desember 2019, sebuah bus Sriwijaya yang melayani rute Bengkulu–Palembang mengalami kecelakaan tragis di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, Pagar Alam, Sumatera Selatan. Bus terjun ke jurang sedalam sekitar 150 meter, menyebabkan 35 orang meninggal dunia dan 13 lainnya mengalami luka-luka.
Kronologi Kejadian
Bus Sriwijaya dengan nomor polisi BG 1171 OZ berangkat dari Bengkulu menuju Palembang dengan membawa sekitar 50 penumpang.
Saat bus melintasi Liku Lematang, yang dikenal sebagai jalur dengan tikungan tajam dan turunan curam, kendaraan diduga mengalami kendala teknis pada sistem pengereman. Sekitar pukul 23.15 WIB, bus hilang kendali, menabrak pembatas jalan, dan terjun ke jurang sedalam 150 meter, hingga akhirnya berhenti di tepi Sungai Lematang.
Akibat kecelakaan ini, bus mengalami kerusakan parah, terutama di bagian depan dan samping. Beberapa korban ditemukan terlempar keluar dari bus, sementara yang lain terjepit di dalam bangkai kendaraan.
Korban dan Evakuasi
Kecelakaan ini menyebabkan:
- 35 korban meninggal dunia, termasuk sopir bus dan beberapa anak-anak.
- 13 korban luka-luka, yang mengalami berbagai tingkat cedera, mulai dari luka ringan hingga patah tulang.
Evakuasi korban dilakukan oleh tim SAR, polisi, TNI, dan warga sekitar, tetapi kondisi medan yang terjal dan minim penerangan membuat proses penyelamatan berlangsung sulit. Beberapa korban yang selamat harus diangkat menggunakan tandu dari dasar jurang.
Para korban luka-luka segera dibawa ke Rumah Sakit Besemah, Pagar Alam, untuk mendapatkan perawatan medis. Sementara itu, jenazah korban yang meninggal dunia dievakuasi dan diidentifikasi sebelum diserahkan kepada keluarga.
Penyebab Kecelakaan
Hasil investigasi oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan pihak kepolisian mengungkap beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab kecelakaan ini:
Rem Blong
- Dugaan utama adalah sistem pengereman tidak berfungsi dengan baik, terutama saat bus melaju di jalur menurun yang curam.
- Sopir kemungkinan kesulitan mengendalikan laju kendaraan karena rem yang tidak optimal.
Kondisi Bus yang Tidak Laik Jalan
- Bus Sriwijaya ini berusia lebih dari 20 tahun dan seharusnya tidak lagi dioperasikan.
- Berdasarkan laporan Kementerian Perhubungan, bus ini tidak memiliki izin KIR yang berlaku, yang berarti tidak lolos uji kelayakan jalan.
Medan Jalan yang Ekstrem
- Liku Lematang terkenal sebagai jalur berbahaya dengan banyak tikungan tajam, turunan curam, dan minimnya penerangan jalan di malam hari.
- Pengemudi yang kurang familiar dengan jalur ini bisa mengalami kesulitan mengendalikan kendaraan.
Kelebihan Penumpang
- Bus diperkirakan membawa lebih dari kapasitas normal, yang berpotensi mempengaruhi keseimbangan kendaraan dan performa pengereman.
9. Kecelakaan Bus Sinar Jaya di Tol Cipali (2019)
Pada 14 November 2019, sebuah bus Sinar Jaya mengalami kecelakaan di KM 117.800 Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), Kabupaten Subang, Jawa Barat. Insiden ini menewaskan 7 orang dan melukai beberapa lainnya. Tol Cipali memang dikenal sebagai salah satu jalan tol dengan tingkat kecelakaan tinggi di Indonesia, terutama akibat faktor kelelahan pengemudi dan kondisi jalan yang panjang serta monoton.
Kronologi Kejadian
Bus Sinar Jaya yang berangkat dari Jakarta menuju Jawa Tengah sedang melaju di jalur tol Cipali saat kejadian berlangsung. Sekitar pukul 03.00 WIB, bus tiba-tiba keluar jalur dan menabrak bagian belakang sebuah truk yang melaju di depannya.
Benturan yang terjadi cukup keras sehingga menyebabkan bagian depan bus ringsek parah. Beberapa penumpang yang duduk di bagian depan dan tengah mengalami luka berat, sementara yang lainnya mengalami luka ringan.
Warga sekitar yang mendengar suara benturan segera menghubungi pihak berwenang. Tim polisi, petugas tol, dan ambulans dikerahkan untuk membantu evakuasi korban.
Korban dan Evakuasi
- 7 orang meninggal dunia, termasuk beberapa penumpang yang duduk di bagian depan bus.
- Beberapa korban mengalami luka berat dan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.
- Proses evakuasi berlangsung beberapa jam karena kondisi kendaraan yang rusak parah, terutama di bagian depan bus.
Penyebab Kecelakaan
Hasil investigasi oleh pihak kepolisian dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menunjukkan beberapa faktor penyebab kecelakaan ini:
Diduga Sopir Mengantuk
- Tol Cipali terkenal dengan jalurnya yang panjang dan lurus, yang sering membuat pengemudi mengantuk akibat kelelahan.
- Dugaan awal menunjukkan bahwa sopir bus kehilangan konsentrasi sesaat, sehingga tidak sempat menghindari truk yang ada di depannya.
Kondisi Jalan yang Panjang dan Monoton
- Jalan tol yang panjang dan minim tikungan sering membuat pengemudi kehilangan fokus.
- Kurangnya rest area di beberapa titik juga membuat banyak pengemudi memaksakan diri untuk tetap melaju tanpa istirahat.
Kurangnya Jarak Aman antara Bus dan Truk
- Dugaan lain adalah jarak antara bus dan truk terlalu dekat, sehingga saat bus kehilangan kendali, kecelakaan tidak dapat dihindari.
10. Kecelakaan Bus di Tol Kanci-Pejagan (2024)
Pada 15 Desember 2024, sebuah bus Rosalia Indah mengalami kecelakaan tunggal di KM 223 Tol Kanci-Pejagan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Insiden ini terjadi pada Minggu petang dan melibatkan bus yang sarat penumpang dalam perjalanan dari Jakarta menuju Yogyakarta.
Kronologi Kejadian
Menurut keterangan Mujianto, sopir bus, kecelakaan bermula ketika sebuah mobil pribadi di depan bus melakukan pengereman mendadak. Mujianto, yang mengemudikan bus dengan nomor polisi AD 7178 OF, berusaha menghindari tabrakan dengan membanting setir ke kiri. Namun, manuver tersebut membuat bus kehilangan kendali dan terguling di lajur 1 dengan posisi roda kanan di atas. Selain itu, terdapat laporan bahwa bus berusaha menghindari lubang perbaikan jalan sebelum akhirnya terguling.
Korban dan Evakuasi
Dalam insiden ini, tidak ada korban jiwa. Namun, empat penumpang mengalami luka-luka, dengan rincian satu orang luka berat dan tiga lainnya luka ringan. Semua korban luka segera dilarikan ke Rumah Sakit Waled, Kabupaten Cirebon, untuk mendapatkan perawatan medis. Sebanyak 26 penumpang lainnya dilaporkan selamat namun mengalami syok akibat kejadian tersebut.
Penyebab Kecelakaan
Penyebab utama kecelakaan diduga karena kelalaian pengemudi dalam mengantisipasi kondisi lalu lintas di depannya. Sopir bus kurang waspada terhadap kendaraan yang melakukan pengereman mendadak, sehingga ketika mencoba menghindar, bus kehilangan kendali dan terguling. Selain itu, kondisi jalan yang sedang dalam perbaikan
Kecelakaan-kecelakaan ini menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan dalam transportasi darat di Indonesia. Diperlukan upaya bersama dari pemerintah, operator transportasi, dan masyarakat untuk meningkatkan standar keselamatan dan meminimalkan risiko kecelakaan di masa mendatang.