Di antara riuhnya lalu lintas Jalur Pantura dan hiruk pikuk aktivitas perkotaan Tegal, berdiri sebuah simpul transportasi yang kerap terlewatkan, namun menyimpan peran penting bagi mobilitas warga sekitar: Terminal Yomani. Meski namanya belum sepopuler Terminal Tegal Kota, terminal ini justru memiliki keunikan dan nilai strategis yang tak banyak dibahas media arus utama.

Lebih dari Sekadar Terminal Kecil
Berlokasi di Kecamatan Lebaksiu, Terminal Yomani bukan sekadar tempat menaikkan dan menurunkan penumpang. Terminal ini menjadi simpul pergerakan masyarakat dari daerah-daerah agraris di selatan Kabupaten Tegal menuju kawasan pesisir dan pusat kota. Posisi geografisnya yang berada di titik perlintasan antara jalur selatan Tegal dan Pantura menjadikan Yomani sebagai penghubung penting antarwilayah yang sering tidak mendapat sorotan.
Sejarah Terminal yang Tumbuh Bersama Petani dan Pedagang
Terminal ini mulai aktif sejak awal 2000-an, dibangun sebagai upaya desentralisasi lalu lintas angkutan umum dari pusat kota. Namun, keberadaannya bukan tanpa cerita. Terminal Yomani berkembang bersamaan dengan geliat ekonomi rakyat, terutama para petani dan pedagang dari wilayah Lebaksiu, Jatinegara, hingga Bumijawa. Mereka menggunakan terminal ini sebagai titik distribusi hasil pertanian ke kota, bahkan ke luar provinsi.
Banyak bus kecil dan angkot trayek lokal yang setiap hari singgah di terminal ini, mengangkut barang dagangan selain penumpang. Ini menjadikan Yomani bukan sekadar terminal, tapi juga simpul logistik mikro yang menopang ekonomi lokal.
Fasilitas Sederhana, Fungsi Strategis
Meski berukuran kecil, Terminal Yomani dilengkapi dengan fasilitas dasar seperti:
-
Ruang tunggu semi-terbuka
-
Area parkir untuk bus dan angkot
-
Pos jaga Dishub
-
Toilet umum
-
Warung dan kios kelontong milik warga sekitar
Namun, daya tarik sebenarnya justru terletak pada fungsi sosial terminal ini. Terminal Yomani menjadi tempat bertemunya pelajar, pedagang kecil, buruh tani, bahkan penjual jajanan kaki lima. Suasana khas terminal desa yang akrab dan bersahabat masih terasa di sini.
Jalur dan Trayek yang Menghubungkan Desa dan Kota
Terminal Yomani melayani berbagai moda angkutan umum lokal, antara lain:
-
Angkot trayek Lebaksiu–Tegal Kota
-
Bus kecil jurusan Slawi–Guci
-
Mobil pickup angkutan sayur ke Pasar Trayeman & Pasar Pagi
-
Beberapa bus AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) jurusan Purwokerto, Bumiayu, hingga Brebes
Meski terminal ini belum menjadi titik naik utama bus AKAP, beberapa operator bus kadang tetap melayani penumpang dari Yomani berdasarkan permintaan.
Potensi Pengembangan dan Revitalisasi
Sayangnya, seperti banyak terminal kecil lainnya, Terminal Yomani kurang mendapat perhatian dalam pengembangan infrastruktur transportasi kabupaten. Padahal, jika dikelola dengan lebih strategis, terminal ini bisa dijadikan:
-
Sentra transit untuk angkutan feeder ke Tegal dan Slawi
-
Terminal wisata untuk rute menuju Guci dan objek wisata lain di selatan Tegal
-
Pusat logistik UMKM dan hasil pertanian
Pemanfaatan teknologi seperti aplikasi jadwal angkutan dan pelacakan trayek juga bisa membantu merevitalisasi peran terminal ini agar lebih modern tanpa kehilangan ciri khas lokal.

Terminal Rakyat yang Perlu Didengar
Terminal Yomani bukanlah terminal besar dengan lampu neon dan layar digital. Tapi terminal ini berbicara dalam bahasa rakyat, menjadi saksi pertemuan antara kebutuhan ekonomi, mobilitas, dan budaya lokal. Di sinilah letak keunikannya—ia menjadi denyut kehidupan yang berjalan tanpa sorotan kamera, namun sangat nyata bagi mereka yang menggantungkan hidup pada mobilitas.

Baca juga : Terminal Sukoharjo
Kesimpulan
Terminal Yomani Tegal adalah contoh nyata bagaimana simpul transportasi kecil dapat menjadi bagian penting dalam ekosistem mobilitas dan ekonomi daerah. Ia mungkin tersembunyi dari perhatian publik luas, tetapi memiliki peran vital yang tak bisa diabaikan. Dengan pengembangan yang tepat dan pendekatan yang berpihak pada masyarakat, terminal seperti Yomani bisa menjadi titik awal perubahan besar dari tempat yang sederhana.











