Terminal Sumberlawang Sragen mungkin tidak sepopuler Terminal Tirtonadi Solo atau Terminal Giwangan Yogyakarta, namun keberadaannya memiliki peran vital dalam mendukung mobilitas warga di wilayah Sragen bagian timur dan sekitarnya. Terminal ini bukan hanya sekadar tempat naik-turun penumpang, tetapi juga menjadi simpul sosial, ekonomi, hingga budaya masyarakat setempat.
Menariknya, Terminal Sumberlawang berkembang dengan karakter khas pedesaan yang berpadu dengan kebutuhan transportasi modern. Di balik aktivitas sehari-hari para penumpang dan bus, ada kisah panjang yang membuat terminal ini berbeda dari terminal lainnya.
Sejarah Terminal Sumberlawang
Terminal Sumberlawang dibangun pada era 1990-an untuk menjawab kebutuhan transportasi masyarakat Sragen bagian timur yang kala itu masih mengandalkan bus antarkota sebagai moda utama. Terminal ini awalnya hanya berupa lahan sederhana dengan beberapa jalur bus, namun kini telah berkembang menjadi terminal tipe C yang melayani trayek dalam dan luar kota.
Fungsi terminal ini semakin penting karena menjadi jalur penghubung antara Sragen dengan wilayah Blora, Ngawi, hingga Solo. Selain itu, terminal juga sering menjadi titik singgah para perantau asal Sragen yang pulang kampung.

Fasilitas dan Layanan yang Tersedia
Meski tidak sebesar terminal utama, fasilitas di Terminal Sumberlawang cukup lengkap untuk memenuhi kebutuhan penumpang. Mulai dari area tunggu yang teduh, kios makanan dengan nuansa khas Sragen, hingga mushola sederhana yang menjadi tempat transit spiritual bagi para musafir.
Tabel Infografis
| Aspek | Keterangan |
|---|---|
| Nama Terminal | Terminal Sumberlawang Sragen |
| Sejarah | Dibangun 1990-an, untuk mendukung mobilitas Sragen timur menuju Solo, Ngawi, dan Blora |
| Kapasitas | ± 70 unit bus dan minibus per hari |
| Fasilitas | Area tunggu, loket tiket, mushola, kios makanan, toilet umum, parkir motor dan mobil |
| Akses Jalan | Mudah dijangkau melalui Jalan Raya Sragen–Ngawi, dekat jalur utama lintas provinsi |
| Jurusan Bus | Sragen – Solo, Sragen – Ngawi, Sragen – Blora, Sragen – Purwodadi, Sragen – Boyolali |
| Harga Tiket | Lokal: Rp10.000 – Rp20.000 ; AKDP: Rp25.000 – Rp45.000 ; AKAP: Rp60.000 – Rp120.000 |

Jurusan Bus dari Terminal Sumberlawang
Dari terminal ini, penumpang dapat menemukan berbagai trayek, baik lokal, AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi), maupun AKAP (Antar Kota Antar Provinsi). Rute populer meliputi:
-
Trayek Lokal: Sragen – Gemolong, Sragen – Gondang
-
Trayek AKDP: Sragen – Solo, Sragen – Blora, Sragen – Purwodadi
-
Trayek AKAP: Sragen – Surabaya, Sragen – Yogyakarta, bahkan ada yang menuju Jakarta
Hal ini menjadikan Terminal Sumberlawang sebagai simpul transportasi penting bagi warga sekitar.

Keunikan Terminal Sumberlawang Dibanding Terminal Lain
-
Kedekatan Sosial – Terminal ini bukan hanya tempat naik bus, tetapi juga ruang interaksi warga, mulai dari pedagang kaki lima, sopir, hingga penumpang yang saling mengenal.
-
Citra Terminal Desa Modern – Meski berada di wilayah pedesaan, terminal ini menghubungkan warga langsung ke kota besar.
-
Sentra Ekonomi Lokal – Banyak warga sekitar yang menggantungkan hidup dari aktivitas terminal, mulai dari berjualan hingga jasa ojek penghubung.
Baca juga : Terminal Rajagaluh Majalengka
Penutup
Terminal Sumberlawang Sragen adalah contoh bagaimana sebuah terminal tidak hanya sekadar infrastruktur transportasi, tetapi juga bagian dari denyut nadi masyarakat. Dengan sejarah yang cukup panjang, fasilitas yang memadai, dan perannya dalam menghubungkan Sragen dengan berbagai daerah, terminal ini tetap relevan hingga kini.
Bagi Anda yang ingin bepergian dari Sragen, Terminal Sumberlawang bisa menjadi pilihan yang nyaman, murah, dan penuh cerita.











