Ketika berbicara tentang Yogyakarta, banyak orang langsung teringat pada Malioboro, Keraton, atau Candi Prambanan. Namun di balik hiruk-pikuk pariwisata, ada sebuah simpul transportasi darat yang menjadi denyut nadi mobilitas masyarakat: Terminal Giwangan Yogyakarta. Terminal ini bukan hanya sekadar tempat naik-turun bus, melainkan juga cermin budaya urban, ekonomi, bahkan gaya hidup orang Jogja.

Sejarah Terminal Giwangan
Terminal Giwangan resmi beroperasi pada 2004 menggantikan Terminal Umbulharjo yang sudah tak mampu menampung arus kendaraan. Dengan luas sekitar 10 hektar, terminal ini dirancang sebagai terminal tipe A terbesar di Yogyakarta, yang melayani angkutan antar kota antar provinsi (AKAP), antar kota dalam provinsi (AKDP), serta angkutan perkotaan.
Terminal ini juga menjadi representasi wajah modern transportasi darat di Jogja. Desain tata ruangnya dibuat agar bisa memisahkan antara bus AKAP, AKDP, dan angkutan kota, sehingga lebih tertib dan aman.

Kapasitas Terminal
Terminal Giwangan dapat menampung hingga 800 armada bus per hari, baik yang masuk maupun keluar. Pada musim libur panjang atau Lebaran, jumlah penumpang bisa melonjak drastis hingga 40 ribu orang per hari. Kapasitas besar inilah yang menjadikannya simpul transportasi darat paling vital di DIY.
Fasilitas Terminal Giwangan
Terminal ini tidak sekadar menyediakan peron bus, melainkan juga fasilitas yang mendukung kenyamanan penumpang. Mulai dari ruang tunggu ber-AC, area parkir luas, pusat kuliner tradisional, hingga pos keamanan 24 jam. Terminal ini juga dilengkapi dengan mushola, ATM center, ruang kesehatan, dan layanan informasi digital.

Akses Menuju Terminal
Lokasi Terminal Giwangan sangat strategis, berada di Jl. Imogiri Timur KM 6, Umbulharjo, Yogyakarta. Terminal ini mudah diakses dari pusat kota (sekitar 15 menit dari Malioboro) dan dekat dengan jalur menuju Kabupaten Bantul serta Gunungkidul. Akses transportasi menuju terminal bisa menggunakan Trans Jogja, taksi online, maupun angkot.

Jurusan Bus yang Dilayani
Terminal Giwangan melayani rute ke berbagai daerah di Pulau Jawa, Sumatra, Bali, hingga Lombok. Rute populer meliputi Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Denpasar, hingga Medan. Sementara untuk AKDP, bus melayani jurusan antar kota di DIY seperti Wates, Wonosari, Bantul, dan Kulon Progo.
📊 Tabel Infografis Terminal Giwangan Yogyakarta
| Kategori | Informasi |
|---|---|
| Sejarah | Diresmikan tahun 2004, menggantikan Terminal Umbulharjo |
| Kapasitas | ±800 bus/hari, 40 ribu penumpang saat puncak mudik |
| Fasilitas | Ruang tunggu ber-AC, mushola, toilet, ATM center, pos kesehatan, kuliner |
| Akses Jalan | Jl. Imogiri Timur KM 6, 15 menit dari Malioboro, dilalui Trans Jogja |
| Jurusan Bus | AKAP: Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Sumatra; AKDP: Wates, Wonosari |
| Harga Tiket | Lokal: Rp10.000 – Rp30.000; AKAP: Rp150.000 – Rp450.000 (tergantung tujuan) |
Uniknya Terminal Giwangan
Apa yang membuat Terminal Giwangan berbeda dari terminal lain di Indonesia?
-
Terminal & Wisata Kuliner – Di dalam terminal terdapat area kuliner yang menjual gudeg, sate klathak, hingga jajanan tradisional khas Jogja.
-
Cermin Mobilitas Mahasiswa – Banyak mahasiswa dari luar daerah menggunakan terminal ini saat awal dan akhir semester, menjadikannya barometer “denyut akademik” Jogja.
-
Pusat Budaya Transportasi – Terminal ini sering menjadi lokasi dokumentasi komunitas transportasi, dari fotografer bus mania hingga kolektor tiket.
Baca juga : Terminal Daya Makassar
Kesimpulan
Terminal Giwangan Yogyakarta bukan sekadar titik keberangkatan dan kedatangan bus, melainkan juga bagian dari denyut kehidupan kota. Dari sejarah, kapasitas, hingga fasilitasnya, terminal ini memperlihatkan bagaimana transportasi darat bisa menjadi cermin budaya, ekonomi, dan mobilitas masyarakat Jogja.
Bagi wisatawan, terminal ini bisa menjadi pintu gerbang pertama untuk mengenal Jogja, sementara bagi masyarakat, Giwangan adalah penghubung harapan antara rantau dan kampung halaman.


