Terminal Losari Kabupaten Cirebon, Kondisinya Memprihatinkan

terminal losari

Kondisi Terminal Losari di Kabupaten Cirebon saat ini (2025) bisa digambarkan sebagai terminal kecil di wilayah perbatasan yang masih berfungsi, namun dalam keadaan minim fasilitas dan kurang optimal dari sisi pengelolaan. Terminal ini tetap menjadi tempat singgah dan titik naik-turun angkutan lokal dan regional, tetapi menghadapi berbagai tantangan fisik, sosial, dan operasional.

Berikut adalah penjelasan mengenai kondisi terkini Terminal Losari:

Fisik Terminal: Sederhana dan Perlu Revitalisasi

  • Bangunan terminal masih berdiri dan digunakan, namun sudah tampak tua dan tidak banyak mengalami pembaruan sejak pertama dibangun.

  • Kebersihan kurang terjaga, terutama di area toilet dan ruang tunggu.

  • Ruang tunggu terbuka tanpa pendingin udara, hanya ada beberapa kursi besi panjang yang sebagian sudah rusak.

  • Papan informasi trayek bersifat manual, kadang tidak akurat, dan tidak ada sistem digital atau e-ticketing.

  • Penerangan malam hari terbatas, menjadikan terminal terasa sepi dan kurang nyaman bagi penumpang di malam hari.

Fasilitas: Fungsional Tapi Minim

  • Mushola ada, namun kecil dan perlu perawatan.

  • Toilet umum masih bisa digunakan, tetapi kondisinya kurang bersih.

  • Hanya tersedia beberapa warung sederhana di sekitar terminal yang buka pagi hingga sore.

  • Belum ada fasilitas ramah difabel seperti jalur landai atau signage khusus.

  • Tidak ada pos polisi tetap atau pos layanan informasi penumpang.

Aktivitas Transportasi: Masih Berjalan Tapi Menurun

  • Angkutan Elf dan Mikrobus AKDP (dalam provinsi) seperti trayek Losari–Cirebon dan Losari–Tanjung masih beroperasi, namun dengan frekuensi yang jauh menurun dibanding 10 tahun lalu.

  • Bus AKAP (antar provinsi) jarang masuk ke terminal secara resmi. Banyak yang menaikkan dan menurunkan penumpang di pinggir jalan utama Pantura dekat terminal.

  • Ojek pangkalan dan becak masih beroperasi, tapi tidak ada koordinasi resmi dari pengelola terminal.

Tantangan yang Dihadapi

  1. Penurunan minat masyarakat menggunakan angkutan umum karena meningkatnya kendaraan pribadi dan travel online.

  2. Minimnya alokasi anggaran dari pemerintah daerah untuk revitalisasi terminal tipe C.

  3. Kurangnya promosi dan integrasi transportasi, membuat terminal ini seperti “terminal pinggiran” meski berada di jalur utama nasional.

  4. Persaingan dengan tempat naik-turun liar di pinggir jalan Pantura yang lebih cepat diakses.

Kondisi Sosial-Ekonomi Sekitar

  • Terminal masih jadi tempat berjualan bagi pedagang kecil, namun pendapatannya fluktuatif.

  • Masyarakat sekitar menganggap terminal penting, tetapi juga mulai meninggalkannya karena pelayanan tidak maksimal.

  • Beberapa warga menggantungkan hidup dari pekerjaan informal seperti ojek, pedagang, atau calo tiket.

Baca Juga :  Terminal Bus Pelabuhan Ratu: Gerbang Wisata Sukabumi

Sekilas Informasi Tentang Masa Kejayaan Terminal Losari

Terminal Losari di Kabupaten Cirebon pernah mengalami masa keemasan sebagai salah satu simpul transportasi penting di jalur Pantura bagian timur Jawa Barat, terutama pada era 1980-an hingga awal 2000-an. Meskipun tidak sebesar Terminal Harjamukti atau Tegal, Terminal ini dikenal ramai dan hidup karena lokasinya yang sangat strategis: berada di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, tepat di tengah denyut jalur transportasi Pantura yang kala itu menjadi tulang punggung mobilitas antarkota dan antarprovinsi.

Berikut gambaran mendalam tentang Terminal Losari ketika masih aktif dan ramai di masa lalu:

1. Pusat Transit Angkutan Antar-Kota dan Antar-Provinsi (AKAP & AKDP)

Di masa jayanya, Terminal menjadi tempat:

  • Naik dan turunnya bus AKAP seperti jurusan Jakarta–Tegal–Pekalongan–Semarang–Surabaya. Banyak bus dari PO besar seperti Sinar Jaya, Dedy Jaya, Kramat Djati, dan Rosalia Indah berhenti resmi di terminal ini.

  • Angkutan Elf dan mikrobus AKDP juga sangat aktif, melayani rute:

    • Losari – Cirebon

    • Losari – Tanjung – Brebes

    • Losari – Lemahabang – Palimanan

    • Losari – Ketanggungan – Slawi

Terminal ini menjadi penghubung vital bagi masyarakat perbatasan yang hendak ke kota atau pulang kampung.

Baca juga : Terminal Bus Cirebon

2. Ramainya Aktivitas Penumpang dan Pelaku Usaha

  • Terminal tidak pernah sepi: dari subuh hingga malam hari selalu ramai oleh penumpang, sopir, kernet, dan pedagang.

  • Banyak penumpang dari wilayah Brebes atau Losari Kidul menyeberang ke terminal ini untuk melanjutkan perjalanan ke Cirebon atau Jakarta.

  • Pedagang kaki lima, warung nasi, penjual minuman, dan asongan memenuhi area terminal, menciptakan ekosistem ekonomi rakyat yang dinamis.

3. Fungsi Ganda: Terminal Sekaligus Titik Kirim Barang

Selain orang, Terminal juga menjadi titik pengiriman barang dan titipan penumpang:

  • Banyak bus AKAP membawa paket oleh-oleh, barang dagangan, atau surat titipan antar kota.

  • Terminal menjadi tempat “ketemuan” orang rantau dan keluarganya karena letaknya yang mudah dijangkau.

Baca Juga :  Terminal Bus Bekasi

4. Ada Sistem dan Tata Kelola yang Jelas

Dulu, terminal ini memiliki:

  • Pos polisi dan petugas Dinas Perhubungan yang aktif berjaga

  • Pembagian zona trayek dan tempat parkir yang tertib

  • Suara pengeras suara (TOA) yang rutin mengumumkan jadwal bus datang dan pergi

  • Petugas parkir dan kebersihan yang membuat terminal tetap rapi

Bahkan, dalam musim mudik Lebaran, Terminal Losari menjadi pos transit alternatif bagi pemudik yang menghindari kemacetan di Terminal Tegal atau Cirebon.

5. Suasana Terminal yang Penuh Warna

  • Suara khas terminal: klakson bus, teriakan kenek memanggil penumpang, dan pengumuman jadwal dari TOA menjadi irama harian.

  • Ramah dan akrab: Banyak sopir, kernet, dan penjual mengenal satu sama lain—terminal ini seperti keluarga besar jalanan.

  • Pada malam hari, terminal masih menyala dengan lampu warung, menjadi tempat istirahat favorit sopir ekspedisi dan penumpang malam.

Masa Kejayaan Mulai Pudar

Memasuki era 2010-an, kemajuan infrastruktur jalan tol (seperti Tol Cipali), penurunan minat naik angkutan umum, serta meningkatnya penggunaan travel dan transportasi daring, membuat Terminal Losari perlahan kehilangan pamornya. Banyak bus mulai tidak lagi masuk terminal secara resmi, hanya menurunkan penumpang di pinggir jalan. Pedagang kehilangan pelanggan, dan suasana yang dulu riuh kini berganti jadi sepi dan statis.

Terminal Losari di masa lalu adalah jantung pergerakan orang dan barang di kawasan perbatasan Cirebon–Brebes. Ia menjadi tempat yang tidak hanya menggerakkan transportasi, tapi juga kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat kecil. Kini, kenangan itu tinggal jejak—namun potensinya masih ada, jika pemerintah dan masyarakat mau melihatnya kembali sebagai sumber kehidupan di jalur Pantura yang terus berdenyut.

Kesimpulan

Terminal Losari Kabupaten Cirebon masih beroperasi, tapi dalam kondisi stagnan dan kurang dimaksimalkan potensinya. Sebagai terminal kecil yang berada di wilayah strategis perbatasan Jawa Barat–Jawa Tengah, sebenarnya terminal ini punya posisi penting dalam jaringan mobilitas regional. Sayangnya, tanpa adanya revitalisasi fisik, integrasi trayek, dan dukungan teknologi, terminal ini bisa terus mengalami penurunan fungsi dan ditinggalkan pengguna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *