Nama Bus Terkenal di Zaman Penjajahan Belanda

Nama Bus Terkenal

Transportasi darat di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari jejak sejarah panjang, termasuk sejak masa penjajahan Belanda. Jika saat ini kita akrab dengan bus antarkota, TransJakarta, hingga bus pariwisata modern, maka di era kolonial, bus memiliki wajah dan nama yang berbeda. Artikel ini akan mengulas secara unik tentang nama bus terkenal di zaman penjajahan Belanda, serta bagaimana moda ini menjadi cikal bakal sistem transportasi publik di tanah air.


Awal Mula Bus di Era Kolonial

Pada awal abad ke-20, perkembangan jalan raya di Hindia Belanda mulai pesat, khususnya di Jawa dan Sumatra. Saat itu, Belanda membangun jalan untuk memudahkan mobilisasi ekonomi—mulai dari hasil perkebunan, tambang, hingga perdagangan. Transportasi darat yang sebelumnya hanya didominasi delman, pedati, dan kereta kuda mulai bergeser dengan hadirnya bus bermesin.

Bus pertama di Hindia Belanda biasanya dioperasikan oleh perusahaan swasta milik pengusaha Belanda maupun Tionghoa. Kendaraan yang digunakan umumnya adalah bus karoseri berbasis truk Eropa, seperti merek Dodge, Ford, dan Chevrolet.

Nama Bus Terkenal di zaman belanda


Nama Bus Terkenal di Zaman Penjajahan Belanda

Berbeda dengan sekarang yang busnya memiliki nama PO (Perusahaan Otobus), di zaman Belanda bus sering disebut dengan nama perusahaan angkutan atau trayeknya. Berikut beberapa yang tercatat dalam sejarah:

Baca Juga :  Bus dengan Bahan Bakar CNG di Indonesia

1. Nederlands-Indische Autobus Maatschappij (NIAM)

    • Perusahaan otobus pertama yang beroperasi di Jawa sekitar tahun 1920-an.

    • Melayani rute antar kota, terutama Batavia (Jakarta) – Buitenzorg (Bogor).

    • Busnya berkapasitas 20–30 penumpang dengan desain klasik dan kursi kayu.

Nama Bus di zaman belanda

2. Batavia Autobus Onderneming (BAO)

    • Beroperasi di Batavia sekitar 1927.

    • Menjadi angkutan populer masyarakat kelas menengah, terutama pegawai dan pelajar.

    • Bus ini dikenal rapi dengan jadwal ketat ala Belanda.

3. Semarangsche Autobus Maatschappij (SAM)

    • Perusahaan bus yang berkembang di Semarang dan sekitarnya.

    • Menghubungkan daerah kota pelabuhan dengan kawasan pedalaman Jawa Tengah.

    • Dikenal sebagai pionir transportasi massal di Semarang.

4. Djocjasche Autobus Onderneming (DAO)

    • Beroperasi di Yogyakarta pada 1930-an.

    • Sering disebut warga sebagai “bus Belanda” karena harga tiketnya mahal bagi pribumi.

    • Menjadi cikal bakal trayek bus Jogja – Solo.


Bus Sebagai Simbol Status Sosial di Era Kolonial

Menariknya, naik bus di masa kolonial tidak hanya soal transportasi, tetapi juga soal kelas sosial.

  • Bangku depan biasanya diperuntukkan bagi orang Belanda atau pejabat.

  • Bangku belakang baru boleh ditempati orang pribumi atau pekerja kasar.

  • Sistem tiket juga berbeda: ada kelas ekonomi (kursi kayu biasa) dan kelas utama (kursi empuk untuk orang Eropa).

Baca Juga :  Sejarah Bus Mercedes-Benz

Hal ini menunjukkan bahwa bus di era penjajahan bukan sekadar moda transportasi, melainkan juga mencerminkan kesenjangan sosial kolonial.


Warisan Bus Zaman Belanda untuk Indonesia

Setelah kemerdekaan, banyak perusahaan bus peninggalan Belanda dinasionalisasi atau diambil alih oleh pengusaha lokal. Dari sinilah muncul PO-PO bus Indonesia yang kita kenal sekarang, seperti PO Sumber Kencono, PO Haryanto, hingga PO Gunung Harta.

Warisan yang ditinggalkan antara lain:

  • Sistem trayek tetap (bus tidak bisa berhenti sembarangan).

  • Penggunaan halte resmi di kota-kota besar.

  • Konsep perusahaan otobus sebagai badan usaha transportasi.

Baca juga : Bus Hidrogen


Kesimpulan

Nama bus terkenal di zaman penjajahan Belanda seperti NIAM, BAO, SAM, dan DAO bukan sekadar catatan sejarah transportasi, tetapi juga jejak penting lahirnya moda bus di Indonesia. Dari sinilah kita bisa melihat bagaimana transportasi modern di negeri ini terbentuk, meski awalnya dibangun dengan semangat kolonial.

Hari ini, bus sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, tidak lagi soal kelas sosial, tetapi soal mobilitas, keterjangkauan, dan kebersamaan di jalan raya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *