Jika membicarakan transportasi di Palembang, banyak orang mungkin langsung teringat Terminal Karya Jaya atau Terminal Alang-Alang Lebar. Namun, Terminal Alang Alang Lebar justru menyimpan cerita yang jauh lebih menarik daripada sekadar tempat naik-turun penumpang. Terminal ini adalah contoh nyata bagaimana sebuah pusat transportasi bisa menjadi simpul kehidupan sosial, ekonomi, hingga budaya masyarakat kota Palembang.
Sejarah Terminal Alang Lebar: Dari Lahan Kosong Jadi Nadi Mobilitas
Terminal Alang Lebar awalnya hanya sebidang lahan di kawasan pinggiran Kota Palembang. Namun, dengan pertumbuhan penduduk yang pesat di Kecamatan Alang-Alang Lebar, pemerintah kota melihat potensi besar kawasan ini untuk dijadikan pusat distribusi transportasi darat.
Sejak diresmikan, terminal ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat keberangkatan bus antarkota maupun angkutan dalam kota, tetapi juga berkembang menjadi pusat ekonomi baru. Pedagang kecil, sopir bus, hingga pelaku usaha kuliner lokal mulai menjadikan area sekitar terminal sebagai ladang rezeki.
Arsitektur dan Tata Letak yang Mengedepankan Fungsi
Berbeda dengan terminal lama yang cenderung padat, Terminal Alang Lebar dirancang dengan tata letak yang lebih rapi. Jalur bus antarkota, angkot, dan kendaraan travel dipisahkan agar tidak saling mengganggu. Area parkir dibuat cukup luas sehingga mengurangi kemacetan di sekitar terminal.
Menariknya, meskipun terminal ini tidak sepopuler bandara atau stasiun kereta, pemerintah kota tetap menambahkan elemen modern seperti:
-
Ruang tunggu ber-AC untuk penumpang.
-
Sistem tiket digital untuk beberapa perusahaan otobus.
-
Area UMKM yang menampung pedagang makanan khas Palembang, seperti pempek dan model.
Jalur dan Rute Unggulan dari Terminal Alang Lebar
Terminal Alang Lebar menjadi titik strategis yang menghubungkan Palembang dengan berbagai daerah di Sumatra Selatan bahkan lintas provinsi. Beberapa rute populer antara lain:
Jurusan | Perusahaan Otobus | Estimasi Waktu Tempuh | Tarif (Rp) |
---|---|---|---|
Palembang – Lubuk Linggau | SAN, Giri Indah | 8–9 jam | 150.000–180.000 |
Palembang – Prabumulih | Damri, Giri Indah | 2–3 jam | 50.000–70.000 |
Palembang – Bengkulu | SAN, Putra Raflesia | 10–11 jam | 180.000–220.000 |
Palembang – Jakarta | Lorena, Pahala Kencana | 14–16 jam | 350.000–450.000 |
Catatan: Tarif dapat berubah sesuai musim liburan dan kebijakan masing-masing perusahaan otobus.
Kehidupan Sosial di Sekitar Terminal
Terminal Alang Lebar tidak hanya menjadi pusat mobilitas, tetapi juga titik temu budaya. Banyak pendatang dari daerah lain yang singgah di sini, menciptakan interaksi sosial yang unik. Di area terminal, Anda bisa menemukan:
-
Warung kopi yang menjadi “pos komando” bagi para sopir dan kernet.
-
Pusat kuliner malam dengan menu khas Palembang yang murah meriah.
-
Komunitas pecinta bus yang sering berkumpul untuk memotret armada terbaru.
Bagi warga sekitar, terminal ini bukan hanya tempat kerja, tetapi juga simbol pertumbuhan ekonomi kawasan Alang-Alang Lebar.
Baca juga : Terminal Batu Ampar Balikpapan
Kondisi Terkini
Berikut kondisi terkini Terminal Alang‑Alang Lebar (AAL) Palembang berdasarkan informasi dari berbagai sumber terpercaya:
Aktivitas Terminal Saat Ini
-
Pada periode jelang Lebaran 2024, terminal tampak cukup sepi dengan penurunan drastis jumlah penumpang bus AKAP/AKDP, hanya terlihat sedikit pemudik yang melakukan keberangkatan
-
Aktivitas sebagian besar difokuskan pada layanan angkutan kota seperti Trans Musi dan angkot, sementara bus antarkota operasional hanya sebagian kecil saja
2. Insiden Kebakaran Armadanya
-
Pada Oktober 2023 lalu, terjadi kebakaran besar yang menghanguskan sekitar 12 unit bus Trans Musi yang sudah tidak aktif selama bertahun‑tahun dan terparkir dalam terminal
-
Petugas pemadam kebakaran berhasil menjinakkan api dalam waktu kurang dari satu jam, meskipun kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah
Evaluasi Pemerintah
-
Pada awal 2025, Pemprov Sumsel dan Wamenhub melakukan rapat evaluasi transportasi menjelang Angkutan Lebaran 2025 yang diadakan di ruang command center terminal ini, menunjukkan adanya upaya penanganan yang semakin terstruktur dan koordinatif
Pengembangan Moda Trans Musi & Teman Bus
-
Pemerintah daerah bekerja sama dengan Kemenhub memperpanjang dan memperluas rute angkutan kota bersama sistem feeder Teman Bus yang terintegrasi dengan LRT, termasuk dua koridor utama yang berpusat di Terminal AAL:
-
Terminal Alang‑Alang Lebar – Halte Bawah Ampera
-
Terminal Alang‑Alang Lebar – Talang Jambe
-
-
Armada melayani perjalanan sekitar 16 jam per hari (05.00–21.00 WIB) dengan total 49 unit bus termasuk armada cadangan
Kenyamanan & Keselamatan
-
Infrastruktur fasilitas terminal terus diperbaiki, tapi kejadian kecelakaan lalu lintas di jalur bypass Terminal pada September 2024 menjadi peringatan penting:
-
Seorang pengendara sepeda motor meninggal setelah terjatuh dan dilindas truk, mendorong perhatian pada sistem rambu dan tata lalu lintas sekitar terminal
-
Ringkasan Kondisi Saat Ini
Aspek | Kondisi Terkini |
---|---|
Keramaian | Sepi dari bus antarkota, fokus pada angkot dan Trans Musi |
Transportasi Kota | Trans Musi/Teman Bus aktif dengan rute baru dan peningkatan layanan |
Insiden Keamanan | Kebakaran bus lama & kecelakaan lalu lintas di sekitar terminal |
Fasilitas Terminal | Sedang dievaluasi dan diperkuat melalui koordinasi pemerintah |
Rencana Pengembangan | Penguatan integrasi terminal-LRT dan layanan feeder |
Terminal Alang Alang Lebar saat ini lebih berfungsi sebagai simpul transportasi lokal (Trans Musi, Teman Bus) dibandingkan hub antarprovinsi. Meskipun pernah mengalami insiden serius seperti kebakaran bus, pemerintah daerah terus melakukan pembenahan fasilitas dan pelayanan, termasuk integrasi transportasi modern seperti LRT. Sebagai pengguna, penumpang lokal lebih merasakan peran terminal sebagai elemen penting mobilitas harian, bukan hanya sebagai pusat mudik.