Bagi sebagian orang, Terminal Jatijajar Depok hanyalah titik naik dan turun bus. Namun jika dilihat lebih dekat, terminal ini menyimpan peran penting sebagai pusat konektivitas yang menghubungkan Depok dengan kota-kota lain di Indonesia sekaligus sebagai katalis pertumbuhan ekonomi lokal.
Sejarah Terminal Jatijajar Depok : Dari Kemacetan Menuju Solusi
Sebelum Terminal Jatijajar diresmikan pada tahun 2018, Depok menghadapi masalah serius: kemacetan di sepanjang Jalan Margonda dan Jalan Raya Bogor akibat banyaknya bus yang menaikkan dan menurunkan penumpang di titik non-resmi.
Pemerintah kemudian merancang Terminal Jatijajar sebagai terminal tipe A di bawah pengelolaan Kementerian Perhubungan dengan tujuan:
-
Mengurangi kemacetan dengan memusatkan aktivitas bus di lokasi khusus.
-
Menata moda transportasi antarkota (AKAP dan AKDP).
-
Menjadi pusat integrasi transportasi masa depan untuk wilayah Depok.
Terminal ini dibangun di atas lahan seluas ±2,6 hektar dengan desain modern dan fasilitas yang jauh berbeda dibanding terminal konvensional.
Kapasitas dan Infrastruktur
Terminal Jatijajar bukan hanya sekadar terminal transit. Dengan fasilitas yang terus berkembang, berikut adalah gambaran kapasitas dan infrastrukturnya:
Aspek | Keterangan |
---|---|
Luas Lahan | ± 2,6 hektar |
Kapasitas Bus | ± 300 bus per hari (AKAP & AKDP) |
Area Parkir | Tersedia untuk bus, angkot, dan kendaraan pribadi |
Jumlah Peron | > 20 peron aktif dengan sistem antrian bus |
Area Komersial | Puluhan kios UMKM dan fasilitas pendukung lainnya |
Terminal ini didesain tidak hanya sebagai fasilitas transportasi tetapi juga pusat layanan publik dengan standar keamanan tinggi melalui sistem CCTV dan pengawasan petugas 24 jam.
Fasilitas Unggulan Terminal Jatijajar
Keunggulan terminal ini dibandingkan terminal lain di Jabodetabek adalah konsep ramah penumpang.
-
Ruang Tunggu Modern: Dilengkapi AC, kursi ergonomis, dan area yang nyaman.
-
Sistem Informasi Digital: Layar informasi yang menampilkan jadwal bus secara real-time.
-
UMKM Center: Menyediakan lapak resmi untuk pedagang lokal agar tidak berjualan di area liar.
-
Toilet dan Mushola Bersih: Dikelola dengan standar kebersihan yang ketat.
-
Parkir yang Memadai: Untuk kendaraan pribadi maupun bus pariwisata.
-
Keamanan 24 Jam: CCTV di seluruh area terminal dan petugas keamanan yang berjaga.
Aksesibilitas dan Jalur Transportasi
Terminal Jatijajar memiliki lokasi strategis di Jalan Raya Bogor KM 38, sehingga mudah diakses dari berbagai arah:
-
Akses Jalan Utama: Jalur langsung dari Jakarta, Bogor, dan Cibubur.
-
Dekat dengan Tol Cijago: Mempermudah koneksi menuju Jagorawi dan jaringan tol lain.
-
Integrasi Angkot Lokal: Tersedia trayek angkot yang menghubungkan terminal dengan kawasan Depok lainnya seperti Margonda, Sawangan, dan Cinere.
Rute Bus Utama
-
AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi): Depok – Bogor, Depok – Bekasi, Depok – Karawang, Depok – Cirebon.
-
AKAP (Antar Kota Antar Provinsi): Depok – Yogyakarta, Depok – Semarang, Depok – Surabaya, hingga rute ke Sumatera.
Tarif dan Harga Tiket Bus
Harga tiket di Terminal Jatijajar bervariasi tergantung rute dan operator:
Jenis Layanan | Rute Contoh | Harga Tiket (2025) |
---|---|---|
AKDP | Depok – Bogor | Rp 15.000 – Rp 20.000 |
AKDP | Depok – Cirebon | Rp 70.000 – Rp 100.000 |
AKAP | Depok – Yogyakarta | Rp 180.000 – Rp 250.000 |
AKAP | Depok – Surabaya | Rp 300.000 – Rp 400.000 |
Harga dapat berubah saat musim liburan atau tergantung jenis bus (ekonomi, bisnis, eksekutif).
Dampak Sosial-Ekonomi Terminal Jatijajar
Selain sebagai pusat transportasi, terminal ini juga memiliki efek domino terhadap masyarakat Depok:
1. Meningkatkan Ekonomi Lokal
Terminal ini menciptakan ekosistem ekonomi baru. UMKM seperti pedagang makanan, jasa ekspedisi, hingga toko oleh-oleh berkembang pesat di sekitar terminal.
2. Lapangan Kerja Baru
Dari petugas keamanan, staf kebersihan, operator bus, hingga pengelola kios, Terminal Jatijajar menjadi sumber mata pencaharian baru bagi masyarakat sekitar.
3. Mengurangi Kemacetan
Dengan dipusatkannya bus AKAP dan AKDP di terminal resmi, titik kemacetan di Jalan Margonda dan sekitarnya berkurang signifikan.
Tantangan Terminal Jatijajar
Meski potensinya besar, terminal ini menghadapi sejumlah kendala:
-
Kurangnya Integrasi Transportasi: Belum sepenuhnya terhubung dengan KRL dan LRT.
-
Minim Sosialisasi: Banyak warga Depok masih belum mengetahui bahwa Terminal Jatijajar sudah beroperasi penuh.
-
Persaingan dengan Terminal Lain: Terminal Pulo Gebang atau Kampung Rambutan masih menjadi pilihan utama sebagian penumpang lintas kota.
Masa Depan Terminal Jatijajar
Rencana pengembangan Terminal Jatijajar tidak berhenti di sini. Dalam beberapa tahun ke depan, pemerintah merencanakan:
-
Integrasi langsung dengan LRT Jabodebek untuk memudahkan perpindahan moda transportasi.
-
Penambahan area komersial yang lebih modern seperti food court dan pusat belanja kecil.
-
Sistem tiket terintegrasi digital agar memudahkan pembelian tiket bus lintas operator.
Jika semua ini terwujud, Terminal Jatijajar akan menjadi model terminal modern di Indonesia yang menggabungkan fungsi transportasi, bisnis, dan pelayanan publik.
Kesimpulan
Terminal Jatijajar Depok bukan hanya tempat naik-turun bus, melainkan ikon transportasi baru yang mampu menata kota, menggerakkan ekonomi lokal, dan menjadi simpul konektivitas Jabodetabek.
Dengan fasilitas yang terus berkembang, akses yang semakin baik, dan potensi integrasi transportasi masa depan, terminal ini layak disebut sebagai “pintu gerbang baru Depok”.