Jika Anda menganggap Terminal Blok M hanya sekadar tempat naik-turun bus, kini saatnya mengubah perspektif. Terminal yang berdiri sejak 1968 ini telah berevolusi menjadi simpul transportasi sekaligus ruang hidup kota—menghubungkan mobilitas, kreativitas, hingga budaya masyarakat Jakarta.
Sejarah yang Tidak Sekadar Terminal
Blok M awalnya dibangun untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di pusat kota. Namun sejak revitalisasi besar tahun 1992, terminal ini menjadi unik karena terhubung langsung dengan pusat perbelanjaan (Mal Blok M). Ini adalah salah satu integrasi awal antara transportasi dan komersial di Jakarta—jauh sebelum istilah Transit Oriented Development (TOD) populer.
Kini, setelah proyek revitalisasi terbaru di 2024–2025, Blok M tidak hanya terminal, tapi sebuah “hub” kota modern. Terminal ini menjadi bagian dari Blok M Hub yang terintegrasi dengan MRT, TransJakarta, area pedestrian, hingga ruang publik terbuka.
Terminal yang Menjadi Magnet Sosial
Jarang ada terminal di Indonesia yang punya peran sosial sekuat Blok M.
-
Anak muda era 90-an hingga 2000-an menjadikannya titik kumpul sebelum masuk ke pusat perbelanjaan.
-
Komunitas seni jalanan memanfaatkan lorong-lorongnya sebagai ruang ekspresi kreatif.
-
Pekerja kantoran mengandalkannya sebagai simpul mobilitas yang cepat dan hemat.
Kini, berkat program revitalisasi, wajah Blok M semakin ramah. Mural warna-warni dengan motif Betawi, taman literasi, hingga ruang terbuka publik membuat terminal ini lebih dari sekadar tempat transit—ia adalah panggung interaksi kota.
Blok M Hub: Simbol TOD yang Menghidupkan Ekonomi Lokal
Blok M Hub bukan hanya proyek infrastruktur. Ia adalah model baru bagaimana sebuah terminal bisa:
-
Mendukung UMKM: kios kuliner lokal dan bazar kreatif rutin diadakan di area terminal.
-
Menghidupkan budaya Betawi: elemen arsitektur dan ornamen khas Betawi jadi identitas visual kawasan.
-
Mendorong wisata kota: turis yang naik MRT ke Blok M kini tidak hanya transit, tapi juga menjelajahi kawasan kuliner dan seni di sekitarnya.
Bahkan, pemerintah DKI menargetkan kawasan ini menjadi ikon transportasi sekaligus destinasi gaya hidup urban Jakarta Selatan.
Fasilitas Modern
Revitalisasi terbaru membawa banyak fitur baru:
-
Integrasi MRT dan TransJakarta langsung di dalam terminal.
-
Lift dan jalur difabel yang ramah akses.
-
Zona kreatif untuk pameran komunitas.
-
Pedestrian mall yang menghubungkan terminal dengan area perkantoran dan pusat kuliner di Melawai.
Hal ini membuat Terminal menjadi salah satu simpul transit paling nyaman di Jakarta.
Mengapa Terminal Ini Berbeda dari yang Lain?
Kebanyakan terminal hanya jadi tempat singgah. Tapi Terminal Blok M kini memadukan:
-
Mobilitas: moda transportasi lengkap (bus kota, TransJakarta, MRT, feeder bus).
-
Budaya: mural Betawi dan ruang publik sebagai media interaksi.
-
Ekonomi: pusat UMKM, kuliner, dan retail yang terhubung langsung.
-
Gaya hidup: ruang terbuka hijau dan pedestrian yang ramah pejalan kaki.
Hasilnya, terminal ini bukan sekadar infrastruktur, tetapi ekosistem kota yang hidup.
Tantangan dan Masa Depan Terminal Blok M
Meski sukses menarik pengunjung, masih ada pekerjaan rumah:
-
Beberapa area bawah tanah masih sepi dan butuh aktivasi.
-
Integrasi transportasi perlu ditingkatkan agar lebih efisien.
-
Edukasi publik tentang pemanfaatan fasilitas terminal yang modern juga harus diperluas.
Ke depan, pemerintah menargetkan Blok M menjadi “ASEAN Urban Transit Showcase”—contoh terminal masa depan yang menggabungkan transportasi, budaya, dan teknologi dalam satu kawasan.
Baca juga : Terminal Alang alang Lebar Palembang
Kesimpulan
Terminal Blok M Kota Jakarta Selatan bukan lagi terminal biasa. Ia adalah wajah baru kota yang menunjukkan bagaimana infrastruktur publik dapat berkembang menjadi pusat budaya dan gaya hidup. Jika Anda belum pernah merasakan pengalaman transit di sini, datanglah bukan hanya untuk naik bus, tapi untuk menikmati atmosfer urban Jakarta yang sesungguhnya.