Ketika mendengar kata Manggarai, sebagian besar orang mungkin langsung teringat pada stasiun kereta besar yang setiap hari dipadati penumpang. Namun, tak banyak yang tahu bahwa di kawasan ini juga berdiri sebuah simpul transportasi penting: Terminal Manggarai Jakarta Selatan. Terminal ini bukan sekadar titik naik-turun bus, melainkan cerminan dinamika kota, pertemuan budaya, dan denyut nadi urban yang unik.

Sejarah Singkat Terminal Manggarai
Terminal Manggarai dibangun seiring perkembangan pesat kawasan Jakarta Selatan sebagai pusat permukiman dan bisnis. Berbeda dengan terminal besar lain seperti Kampung Rambutan atau Pulogadung, Terminal Manggarai berfungsi sebagai terminal tipe pengumpan (feeder). Artinya, ia tidak hanya melayani trayek lintas kota, melainkan juga menghubungkan warga dengan pusat-pusat aktivitas di sekitar Jakarta.
Uniknya, terminal ini tumbuh berdampingan dengan Stasiun Manggarai, yang kini menjadi jantung perlintasan KRL Jabodetabek dan kereta jarak jauh. Posisi inilah yang membuat Terminal Manggarai berperan ganda: sebagai titik temu transportasi darat (bus, angkot, mikrolet) dan transportasi rel.
Fungsi Terminal Manggarai di Era Modern
Di tengah maraknya transportasi berbasis aplikasi, peran Terminal Manggarai tetap vital. Ada beberapa alasan:
-
Akses ke Pusat Kota
Terminal ini menjadi salah satu titik transit bagi pekerja yang menuju Sudirman, Kuningan, dan Menteng. Banyak pekerja kantoran yang memilih angkutan umum dari terminal ini karena lebih hemat dan praktis. -
Hubungan dengan Kawasan Pendidikan dan Medis
Lokasi terminal berdekatan dengan pusat pendidikan dan rumah sakit besar, seperti Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan RS Cipto Mangunkusumo (RSCM). Mahasiswa maupun pasien kerap memanfaatkan akses terminal untuk perjalanan sehari-hari. -
Integrasi Transportasi
Dengan keberadaan TransJakarta, bus kota, hingga ojek pangkalan, Terminal Manggarai menjadi miniatur integrasi transportasi publik sebelum konsep MRT dan LRT berkembang pesat di Jakarta.
Warna-Warni Sosial di Terminal Manggarai
Lebih dari sekadar tempat naik-turun kendaraan, Terminal Manggarai adalah panggung kecil kehidupan urban. Di sini, pedagang kaki lima, penjual koran, hingga musisi jalanan berbagi ruang dengan penumpang. Suasana yang hidup ini membuat terminal tidak pernah benar-benar sepi, bahkan di luar jam sibuk.
Yang menarik, Terminal Manggarai juga kerap dianggap sebagai “buffer zone” bagi masyarakat perantau yang baru tiba di Jakarta. Banyak pendatang dari daerah menjadikan terminal ini titik awal sebelum mencari kost atau pekerjaan di ibukota.

Tantangan dan Transformasi
Seperti terminal lain di Jakarta, Terminal Manggarai tidak luput dari tantangan: kemacetan, kepadatan, dan kebutuhan revitalisasi. Namun, justru di sinilah letak keunikannya. Terminal ini terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Kehadiran transportasi berbasis aplikasi misalnya, tidak menghapus peran terminal, melainkan mendorong munculnya pola perjalanan baru: kombinasi antara angkot, TransJakarta, dan ojek online.
Pemprov DKI Jakarta sendiri beberapa kali menggagas modernisasi kawasan Manggarai, termasuk terminalnya, agar lebih ramah pengguna dan terintegrasi dengan sistem transportasi massal seperti MRT dan LRT.

Terminal Manggarai: Lebih dari Sekadar Tempat Transit
Bagi banyak orang, Terminal Manggarai mungkin hanya terlihat sebagai halte besar dengan deretan bus dan angkot. Namun jika ditelusuri lebih dalam, terminal ini adalah saksi bisu perjalanan ribuan orang setiap harinya: pekerja yang mengejar waktu, mahasiswa yang membawa mimpi, hingga perantau yang menaruh harapan baru di Jakarta.
Dengan kata lain, Terminal Manggarai bukan sekadar simpul transportasi. Ia adalah ruang sosial tempat berbagai lapisan masyarakat bertemu, berinteraksi, dan menjalani ritme kehidupan kota yang tak pernah tidur.
Baca juga : Terminal Mandalika Mataram
Kesimpulan
Terminal Manggarai Jakarta Selatan adalah bukti nyata bagaimana sebuah terminal bisa menjadi lebih dari sekadar titik perjalanan. Ia merepresentasikan sejarah, interaksi sosial, dan pergeseran budaya transportasi di Jakarta. Meski kecil dibanding terminal besar lain, keberadaannya justru vital sebagai penghubung antara transportasi darat, kereta, dan kehidupan urban masyarakat ibukota.











